Selasa, 31 Januari 2012

Energi Tangis



Menangis dikalangan para sufi amatlah baik, bahkan dianjurkan.Terutama terutama tangis itu muncul setelah menginagt dosa-dosa yang telah lalu, tangis juga baik apabila tumbuh karea rasa takut yang sangat mendalam terhadap keagungan Alloh. Bahkan dalam sejarah para sahabat, tabi’in, dan para salafus shaleh kehidupan mereka penuh dengan tangisan. Menangis, menyesal karena ibadhnya kurang giat, kurang tepat. Menangis sedih karena tidak bisa ikut berjuang bersama Rasul. Menangis, khawatir takut kalau-kalau Rasulullah SAW yag mulia disakiti orang lain. Menangis sedih karena tidak ada harta untuk perjuangan. Menangis, mengapa hanya seorang anak yang jadi syuhada dalam perjuangan menegak Islam. Dan tangistangis keimanan lainnya.
                Pada masa kekhalifahan dari bani Ummayah, seorang  Umar bin Abdul Aziz Ra. Yang saat itu sebagai khalifah, prnah menangis seharian penuh. Pada suatu saat datanglah seorang yang kemudidan bertanya,”Mengapa engkau menangis eahai Amirul Mukmini?” Tapi, tetap saja Khalifah Umar menangis. Bahkantidak adatanda-tanda dia akan berhanti tangisnya. Setelah sekian lama meangis, barulah Khalifah Umar menyahut,”Bukankah aku akan dihadapkan pada pengadilan Alloh,ditanya tentang rakyatku. Kalu tantang rakyatku aku bisa jawab, lalu bagaimana tentang diri ini…?” Air mata Kalifah Umar terus mengalir lagi dengan derasnya. Tidak lama berselang setelah hari itu, Khalifah Umarmenghadap Alloh. Ia ia pergi selamanya.
                Khalifah Umar Bin Abdul Aziz adalah hanya satu contoh dari orang-orang yang menangis. Bahkan masih banyak dari mereka yang mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk menangis. Menangis amal-amal ibadahnya. Menangis dosa-dosa yang telah dilakukannya. Menangisi iman yang merosot. Dan sebagainya. Tangis seorang Umar Ra. Tadi adalah tangis yang mengerti betul bagaimana imesti beretika di hadapan Tuhannya. Tangis KhalifahUmar adalah ekspresi keprihatinan. Keprihatinan seorang penguasa yang memikul tanggung jawab berat. Terhadap rakyatnya, terhadap dirinya dan keluarganya. Ia jug tangis seorang yag telah menapaki maqam-maqam hikmah. Yang makrifatnya semakin membuatnya merunduk dan merendah.
                Orang-orang besar sepanjang zaman, adaah orang yang punya waktu untuk menangis, mengerti mengapa harus menangis, dan apa yang mereka tangisi. Sebagian bahkan meniti awal kbesarannya dari tetes air matanya yang akan mengalirkan sifat-sifat positif berikutny. Sikap tawadhu, qana’ah mawas diri, tidak besar kepala, tidak sok tahu, bertanggung jawab, tidak mengambil milik orang lain, sumber mata airnya adalah ‘prihatin’,lalu menangis.
                Sejarah tidak pernah memberi tempat bagi orang-orang yang tidak pernah prihatin, selalu merasa aman, menangggap dirinya enteng dan tidak menghargai orang lain, untuk dicatat dalam daftar ‘orang-orang besar’. Karena keprihatinan bukan sekedar symbol tantangan, dinamika, dan kompetisi. Tetapi prihatin juga kendali dan sumber inspirasi bagi segala sikap kehati-hatian.
                Dalam pengertian inilah kita memahami peringatan Allah, bahwa seorang mukmin dan bahkan setiap orang tidak boleh merasa aman dari azab Allah. Orang-orang yang merasa aman , tidak penah merasa prihatin, tidak mau menangis, tidak mau minta ampun kepada  Allah, inilah orang –orang merugi.
                Maka didlam islam terutama dikalangan para sufi, menangis adalah awal dari rasa ketergatungan kepada sumber-sumber yang member kekuatan dan rasa aman. Dan sumber Utamakekuatan dan rasa aman itu adalah Allah. Yang Maha Perkasa dan Maha Melindungi. Karenanya, orang-orang separt khalifah Umar bin abdul Aziz Ra. Tadi, sangat memahami betapa tangisan baginya adalah sebuah proses pendakian seseorang menuju hadirat Tuhannya.Ia merasa dosa dan punya tanggung jawab besar dihadapan Allah, karenanya ia menangis.(ia prihatin dan kerenanya ia menangis. Ia menangis dan karenanya ia berharap. Ia berharap da karenanya Allah mengabulkan.
                Kini,disini sekumpulan kita tak akan sampai menyamai Khalifah Umar bin Abdul Aziz Ra. Palagi melampaui. Tapi setidaknya mengerti darimana sebuah kebesaran dimulai. Ternyata hanya dari air mata. Kemudian menetes ,lau mengalir,membasahi,menumbuhkan,mengharapkan, dan Allah pun berkenan. Wallohu a’lam
©Aham edisi 99|Muharam 1433 hal.1          
tolong selesai membaca klik gambar saya ea :) trimakasih ... benner blog chilupay

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas pesan dan saran agan bloger semuanya, mohon tidak membuat komentar yang bersifat sara, pornografi,kotor dan kata-kata yang tidak sopan ...
(\(\
(='_')
|><|

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

recent post