Menangis dikalangan para sufi amatlah baik, bahkan
dianjurkan.Terutama terutama tangis itu muncul setelah menginagt dosa-dosa yang
telah lalu, tangis juga baik apabila tumbuh karea rasa takut yang sangat
mendalam terhadap keagungan Alloh. Bahkan dalam sejarah para sahabat, tabi’in,
dan para salafus shaleh kehidupan mereka penuh dengan tangisan. Menangis,
menyesal karena ibadhnya kurang giat, kurang tepat. Menangis sedih karena tidak
bisa ikut berjuang bersama Rasul. Menangis, khawatir takut kalau-kalau
Rasulullah SAW yag mulia disakiti orang lain. Menangis sedih karena tidak ada
harta untuk perjuangan. Menangis, mengapa hanya seorang anak yang jadi syuhada
dalam perjuangan menegak Islam. Dan tangistangis keimanan lainnya.
Pada
masa kekhalifahan dari bani Ummayah, seorang
Umar bin Abdul Aziz Ra. Yang saat itu sebagai khalifah, prnah menangis
seharian penuh. Pada suatu saat datanglah seorang yang kemudidan
bertanya,”Mengapa engkau menangis eahai Amirul Mukmini?” Tapi, tetap saja
Khalifah Umar menangis. Bahkantidak adatanda-tanda dia akan berhanti tangisnya.
Setelah sekian lama meangis, barulah Khalifah Umar menyahut,”Bukankah aku akan
dihadapkan pada pengadilan Alloh,ditanya tentang rakyatku. Kalu tantang
rakyatku aku bisa jawab, lalu bagaimana tentang diri ini…?” Air mata Kalifah
Umar terus mengalir lagi dengan derasnya. Tidak lama berselang setelah hari
itu, Khalifah Umarmenghadap Alloh. Ia ia pergi selamanya.
Khalifah
Umar Bin Abdul Aziz adalah hanya satu contoh dari orang-orang yang menangis.
Bahkan masih banyak dari mereka yang mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk
menangis. Menangis amal-amal ibadahnya. Menangis dosa-dosa yang telah
dilakukannya. Menangisi iman yang merosot. Dan sebagainya. Tangis seorang Umar
Ra. Tadi adalah tangis yang mengerti betul bagaimana imesti beretika di hadapan
Tuhannya. Tangis KhalifahUmar adalah ekspresi keprihatinan. Keprihatinan
seorang penguasa yang memikul tanggung jawab berat. Terhadap rakyatnya,
terhadap dirinya dan keluarganya. Ia jug tangis seorang yag telah menapaki
maqam-maqam hikmah. Yang makrifatnya semakin membuatnya merunduk dan merendah.
Orang-orang
besar sepanjang zaman, adaah orang yang punya waktu untuk menangis, mengerti
mengapa harus menangis, dan apa yang mereka tangisi. Sebagian bahkan meniti
awal kbesarannya dari tetes air matanya yang akan mengalirkan sifat-sifat
positif berikutny. Sikap tawadhu, qana’ah mawas diri, tidak besar kepala, tidak
sok tahu, bertanggung jawab, tidak mengambil milik orang lain, sumber mata
airnya adalah ‘prihatin’,lalu menangis.
Sejarah
tidak pernah memberi tempat bagi orang-orang yang tidak pernah prihatin, selalu
merasa aman, menangggap dirinya enteng dan tidak menghargai orang lain, untuk
dicatat dalam daftar ‘orang-orang besar’. Karena keprihatinan bukan sekedar
symbol tantangan, dinamika, dan kompetisi. Tetapi prihatin juga kendali dan
sumber inspirasi bagi segala sikap kehati-hatian.
Dalam
pengertian inilah kita memahami peringatan Allah, bahwa seorang mukmin dan
bahkan setiap orang tidak boleh merasa aman dari azab Allah. Orang-orang yang
merasa aman , tidak penah merasa prihatin, tidak mau menangis, tidak mau minta
ampun kepada Allah, inilah orang –orang
merugi.
Maka
didlam islam terutama dikalangan para sufi, menangis adalah awal dari rasa
ketergatungan kepada sumber-sumber yang member kekuatan dan rasa aman. Dan
sumber Utamakekuatan dan rasa aman itu adalah Allah. Yang Maha Perkasa dan Maha
Melindungi. Karenanya, orang-orang separt khalifah Umar bin abdul Aziz Ra.
Tadi, sangat memahami betapa tangisan baginya adalah sebuah proses pendakian
seseorang menuju hadirat Tuhannya.Ia merasa dosa dan punya tanggung jawab besar
dihadapan Allah, karenanya ia menangis.(ia prihatin dan kerenanya ia menangis.
Ia menangis dan karenanya ia berharap. Ia berharap da karenanya Allah
mengabulkan.
Kini,disini
sekumpulan kita tak akan sampai menyamai Khalifah Umar bin Abdul Aziz Ra.
Palagi melampaui. Tapi setidaknya mengerti darimana sebuah kebesaran dimulai.
Ternyata hanya dari air mata. Kemudian menetes ,lau mengalir,membasahi,menumbuhkan,mengharapkan,
dan Allah pun berkenan. Wallohu a’lam
©Aham edisi 99|Muharam 1433 hal.1
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas pesan dan saran agan bloger semuanya, mohon tidak membuat komentar yang bersifat sara, pornografi,kotor dan kata-kata yang tidak sopan ...
(\(\
(='_')
|><|